Ritual "Ngumbah Sabuk" Malam Satu Suro - Bu Yeni
Headlines News :
Home » » Ritual "Ngumbah Sabuk" Malam Satu Suro

Ritual "Ngumbah Sabuk" Malam Satu Suro

Written By Unknown on Senin, 16 Desember 2013 | 02.07


Ritual "Ngumbah Sabuk" Malam Satu Suro

Kabupaten Rembang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Teluk Rembang (Laut Jawa) di utara, Kabupaten Tuban (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Blora di selatan, serta Kabupaten Pati di barat.
Kabupaten Rembang terletak di ujung timur laut Propinsi Jawa Tengah dan dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), terletak pada garis koordinat 111000' - 111030' Bujur Timur dan 6030' - 706' Lintang Selatan. Laut Jawa terletak disebelah utaranya, secara umum kondisi tanahnya berdataran rendah. Adapun batas- batasnya antara lain. Sebelah Utara  : Laut Jawa • Sebelah Timur  : Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur • Sebelah Selatan : Kabupaten Blora • Sebelah Barat  : Kabupaten Pati. Sehingga menjadi gerbang sebelah timur Provinsi Jawa Tengah. Daerah perbatasan dengan Jawa Timur (seperti di Kecamatan Sarang dan kecamatan Sale.
Bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah perbukitan, bagian dari Pegunungan Kapur Utara, dengan puncaknya Gunung Butak (679 meter). Sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan puncaknya Gunung Lasem (ketinggian 806 meter). Kawasan tersebut kini dilindungi dalam Cagar Alam Gunung Celering. Dan salah satu kecamatan yang berada dibagian selatan adalah Kecamatan Sale.
Lebih tepatnya lagi Kecamatan Sale Terletak di bagian selatan dan paling timur Kabupaten Rembang, dengan letak yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tuban dan Kabupaten Blora, dengan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jatirogo (Kabupaten Tuban, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora. Sale terdiri atas atas 15 desa diantaranya desa Tahunan, Gading, Jinanten, Mrayun, Joho, Wonokerto, Ngajaran, Sale, Mbancang, Tengger, Sumbermulyo, Bitingan, Ukir, Pakis, Rendeng. 
Masyarakat Kecamatan Sale yang tidak dilewati jalur pantura saat ini sudah terkena modernisasi,meskipun tidak sebanyak kecamatn-kecamatan lainnya yang dilewati jalan pantura seperti dengan penerimaan masyarakat terhadap teknologi-teknologi baru. Meskipun bersifat terbuka masyarakatnya tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang sudah ada sejak lama. Cara masyarakat dalam mempertahankan adalah dengan tetap melakukan tradisi seperti dulu, tradisi yang dilaku kan diantaranya adalah ritual “ Ngumbah Sabuk “ dan “nggebyakno”.
Ritual ngumbah sabuk ini sendiri dilakukan satu kali dalam satu tahun, yaitu tiap malam 1 suro. Ritual ngumbah sabuk ini adalah ritual yang tidak dilakukan oleh semua masyarakat kecamatan Sale, namun ritual ngumbah sabuk ini hanya dilakukan oleh orang yang ikut pencak silat. Pencak silat yang ada di Kecamatan Sale adalah PSHT. Ritual ngumbah sabuk bisa dilakukan secara sendiri atau secara bersama dengan teman-temannya. Perguruan PSHT sendiri sudah berdiri sejak tahun 1922 oleh Eyang Suro.
Sebenarnya ritual ngumbah sabuk ini bersifat tertutup, namun ada juga yang terbuka tergantung orangnya juga. Karena saat ritual ngumbah sabuk tidak semua orang mengijinkan orang lain untuk melihatnya. Kebanyakan orang yang sudah warga (sebutan untuk orang yang sudah mendapatkan sabuk putih dalam pencak silat), apalagi mereka yang masih muda saat ditanya masalah ritual ngumbah sabuk lebih memilih untuk mengalihkan perhatian untuk membahas yang lainnya. Seperti saat saya bertanya pada teman-teman saya yang kebanyakan meminta maaf karena tidak bisa membantu dengan alasan privasi. Namun saat bertanya pada bapak-bapak yang satu perguruan mengijinkan untuk dilihat.
Ritual ngumbah sabuk ini berjalan dengan khidmat. Ritual ini jika dilakukan secara individu bisa dilakukan dirumah, dan jika ingin melakukan secara bersamaan biasanya dilakukan di SD Mrayun 1 pada malam hari. Anggota dari perguruan ini beragam mulai dari anak SD sampai yang dewasa, namun yang mengikuti ritual ngumbah sabuk ini hanya untuk anggota yang sudah warga, untuk menjadi warga harus sudah mendapatkan sabuk putih dari bahan mori dan umurnya sudah memenuhi syarat.
Ritual ngumbah sabuk ini dilakukan tengah malam. Jika dilakukan dengan bersama teman-teman seperguruan, pertama-tama berkumpul ditempat latihan dengan menggunakan seragam latihan yang berwarna hitam. Barulah menggunakan kain mori yang dibentuk menjadi sabuk digunakan. Kemudian dilakukan doa bersama sebelum melakukan ritual ngumbah sabuk, yang dilanjutkan ritual ngumbah sabuk dengan menggunakan bunga 7 rupa dan air yang berasal dari sumber semen. Air yang berasal dari sumber semen dan bunga 7 rupa yang digunakan untuk merendam dan membasuh sabuk. Saat ritual ngumbah sabuk dari mori tersebut dilakukan juga renungan, dengan tujuan untuk mengingatkan bahwa kita nanti akan meninggal.
Setelah pencucian (ngumbah) selesai, kemudian dijemur ditempat yang tertutup dan tidak dikenakan sinar matahari. Selain itu, jika diijinkan untuk melihat tetap saja tidak dibolehkan untuk memegang sabuk tersebut. barulah setelah kering sabuk tersebut disimpan ditempat yang aman seperti dipeti.
Kemudian setelah ritual ngumbah sabuk selesai, dilanjutkan makan bersama para anggota ditempat ritual. Selain sebagai rangkaian acara, makan bersama ini dijadikan untuk menjalin silaturahmi antar anggotanya. Karena bagi anggota pencak silat silaturahmi itu dianggap penting.
Selain ritual ngumbah sabuk di Kecamatan Sale masih ada ritual “nggebyakno”.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bu Yeni - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya